Sabtu, 30 Maret 2013

DEKADENSI MORAL




Hampir setiap hari media massa lokal maupun nasional  berbicara  tentang topik amoral yang dilakukan oleh ummat Islam, tak ketinggalan di Aceh Topik yang hampir sama terus terus terjadi. Temanya tak  beranjak dari  masalah pencabulan, pelecehan, pemerkosaan,  dan perampokan.   Media massa menulis judul dengan huruf-huruf tentang amoral seperti; Pencabulan  terhadap seorang gadis kecil oleh tukang becak, seorang gadis diperkosa oleh tiga orang pemuda sebaya, seorang gadis dibunuh setelah sebelumnya diperkosa, seorang ayah mencabuli anak kandung sendiri sampai hamil, ayah dan anak mencabuli seorang gadis, anak meniduri ibu kandungnya, seorang paman mengerayami keponakan sendiri, seorang ibu muda
membuang anaknya setelah dilahirkan karena hasil hubungan gelap, dan masih banyak hal-hal sama menghiasi halaman demi halaman media massa setiap harinya. Belum lagi kasus khalwat hampir tiap jam terjadi. Pelakunya mulai dari pejabat yang segoyagianya menjadi panutan masyarakat, penegak hukum, pengawas syari’at, mahasiswa, tukang bangunan, tukang becak sampai kelas rakyat biasa.
 Jika menilik berbagai kejadian yang terjadi selama ini, dalam benak penulis timbul suatu pertanyaan? Apakah manusia sudah berubah menjadi lebih jahat dari binatang atau sifat kebinatangan yang ada pada manusia lebih menonjol?  Perlu kita ketahui bersama bahwa sebinatang-binatangnya hewan tidak pernah tega membunuh anaknya sendiri, berbagai cara akan dilakukan untuk melindungi anak keturunannya. Lihatlah bagaimana sifat ayam  melindungi anaknya yang masih kecil. Dia akan mencakar siapa saja yang berani menyentuh anak-anak kecilnya, walaupun nyawa harus  melayang. Harimau akan mengaum dengan kerasnya apabila ada musuh yang mencoba mengganggu anaknya. Ada juga sekelompok binatang yang akan menjaga induk betinanya dengan telaten ketika sibetina melahirkan atau menyusui. 
Seharusnya manusia berpikir dan mencontoh apa yang dilakukan para binatang untuk melindungi anak-anaknya  dari musuh. Bukan malah orangtuanya sendiri menjadi musuh bagi anak-anaknya.  Orang-orang yang paling bertanggungjawab menjaga kelansungan hidup malah berubah menjadi malaikat pencabut nyawa.
Kemorosotan moral yang terjadi hari ini, menjadi suatu bencana dalam kehidupan ummat manusia. Moral manusia sudah lebih rendah dari kelakukan binatang. Akal yang diberikan oleh Allah untuk berpikir dan menjadi pembeda manusia dengan binatang, sepertinya tidak berfungsi lagi. Fenomena seperti yang tersebut diatas menjadi acuan bahwa manusia tidak lagi menggunakan akal sehat lagi dalam menjalani kehidupan.
Dekadensi moral dimasyarakat kita, mempunyai benang merah antara kemerosatan moral dengan pendidikan agama. Rendahnya pengetahuan agama menyebabkan seseorang tidak segan-segan untuk melakukan sesuatu yang melanggar, malah kadang berbuat yang dilarang menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Lihat para pelaku  ketika tertangkap basah sedang bermaksiat, malah si pelaku senyam senyum  kepada orang yang melihatnya. Bahkan tak pernah kapok, ketika dilepaskan dari suatu hukuman akan melakukan  pelanggaran yang sama. Sungguh suatu ironi.
Berbagai kejadian yang memalukan yang telah terjadi saban hari, hendaklah menjadi semacam pelajaran bagi kita bersama untuk menginstropeksi diri. Khususnya para orangtua. Anak-anak yang dilahirkan kemuka bumi ini dalam keadaan bak kertas putih, sebagaimana firman Allah” yang  membuat anak menjadi nasrani dan yahudi adalah kedua orang tuanya”.
Anak-anak  terbentuk sesuai dengan pendidikan yang diberikan oleh orangtuanya. Sejak dalam kandungan anak-anak sudah diberikan pendidikan, secara tak lansung. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kebiasaan seorang ibu  ketika mengandung akan terbawa pada anak yang dikandungnya ketika anak tersebut besar. Jika seorang ibu suka  melakukan perbuatan yang kurang baik, maka akan lahirlah generasi yang sulit diurus dikemudian hari. Orangtua menjadi suri teladan bagi anak-anaknya. Anak- anak akan belajar dari pengalaman bagaimana pendidikan yang didapatkan dari orangtuanya atau lingkungannya, sebagaimana kata-kata bijak mengatakan:
“ jika anak hidup dengan kritikan, dia akan belajar mengutuk
Jika anak hidup dengan cemoohan, dia akan belajar untuk malu
Jika anak hidup dengan permusuhan, dia belajar berkelahi
Jika anak hidup dengan malu, dia akan belajar untuk merasa bersalah
Jika anak hidup dengan toleransi, dia belajar untuk sabar
Jika anak hidup dengan dorongan, dia belajar untuk percaya diri
Jika anak hidup denga pujian, dia belajar untuk menghargai
Jika anak hidup dengan kejujuran, dia belajar untuk adil
Jika anak hidup dengan rasa aman, dia belajar untuk yakin
Jika anak hidup dengan  persetujuan, dia belajar menyukai diri sendiri
Jika anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan, dia belajar untuk menemukan cinta.
Dari kata bijak tersebut mungkin bisa menjadi pola dalam mendidik generasi bangsa yang handal dan bermoral Islami. Orang tua akan menjadi tolak ukur bagaimana melihat sifat seorang anak. Sebuah peribahasa mengatakan bahwa: “jika Orang tua kencing sambil berdiri maka anak akan kencing sambil berlari”.
Kita kembali pada persoalan diatas bahwa kemerosotan yang terjadi ditengah masyarakat karena dilatarbelakangi beberapa factor antara lain: kurangnya pendidikan agama dan tipisnya iman yang dimiliki  sehingga seorang berani melakukan berbagai  hal yang bertentangan dengan moral. Tindakan tersebut terjadi dipicu oleh pengaruh lingkungan dan terbukanya peluang didepan mata. Mengutip bung napi:: kejahatan terjadi bukan karena adanya niat tapi karena adanya kesempatan, waspadalah-waspadalah.
Oleh karena itu, sudah saatnya kita kembali memperkokoh iman kepada Allah. Memberikan pendidikan agama sejak dini kepada anak-anak, menjaga pergaulan antara laki-laki dan perempuan sesuai dengan karidor syar’i yang telah digariskan syari’at. Dengan kata lain, setiap pribadi menginstropeksi diri dalam menjalani kehidupan ini, dan menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan al-qur;an dan hadist nabi yang telah diwariskan kepada kita semua. Jika hidup sesuai dengan perintah dan larangan Allah, Insyaallah akan selamat dunia akhirat.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahka komentar dengan bahasa yang santun