Senin, 04 Februari 2013

KEBIJAKAN PEMIMPIN


            Pemimpin merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap suatu kelompok, lembaga ataupun suatu tepat. Dalam strata kehidupan, pemimpin adalah orang yang dipercayakan dan diberi tanggung jawab untuk memegang suatu tampuk kekuasaan.  Mulai dari presiden sebagai kepala negara atau raja, gubernur, walikota, bupati, camat, kepala desa, kepala rumah tangga, dan pemimpin yang paling kecil adalah pemimpin bagi diri sendiri. Kepemimpinan yang kita pegang akan diminta pertanggungjawaban di dunia maupun di akhirat kelak.
            Banyak contoh yang bisa kita jadikan pelajaran dari tokoh-tokoh yang memimpin dunia, karena melupakan  amanat sebagai pemimpin dan berlaku dengan semena-mena kepada rakyatnya hingga menerima akhir kehidupan dengan tragis.
            Nicaloe Ceasuseu, presiden  Rumania yang dikenal sebagai raja lalim, otoriter dan diktator dalam menjalankan kepemimpinannya. Tentara rahasianya digunakan untuk memata-matai setiap gerak-gerik kehidupan rakyatnya. Namun semua itu harus berakhir dengan tragis, ketika rakyat tak sanggup lagi menerima kelaliman sang diktator, dia dan istrinya diseret oleh rakyat sendiri. Kematiannya harus dialami secara tragis.
            Ferdinad Marcos di Filipina, memulai karier sebagai pengacara gemilang hingga menjadi tumpuan harapan bangsa. Kemudian dipercayakan oleh rakyat sebagai pemimpin mereka. Setelah memerintah beberapa dekade, ia melupakan kepercayaan rakyatnya dan digulingkan oleh istri lawan politik yang telah dibunuhnya. Bahkan setelah mati pun jasadnya sempat ditolak di makamkan di Filipina. Begitu juga halnya dengan Estrada yang sebelumnya terkenal dengan bintang film paling dipuja, ketika mendapat mandat memimpin negara melupakan amanat rakyat sehingga harus meninggalkan tampuk kekuasaan dengan cara tak terhormat.
Thaksin Shinawatra perdana menteri Thailand, mengalami hal yang sama, dia terjungkal dari jabatanya karena dikudeta oleh lawan-lawan politiknya.
            Mungkin kita tidak usah jauh-jauh keluar sana untuk melihat contoh, Indonesia yang sebagai negara yang kita cintai pernah mengalami ketidakpercayaan kepada kepemimpinan seorang Soeharto,  kekuasaan selama 32 tahun tumbang di tangan rakyat. Inilah pertanggungjawaban yang diminta di  depan manusia.
            Malapetaka di dunia yang menimpa pemimpin, baik itu pemimpin sebagai kepala negara ataupun tingkat yang paling rendah sebagai pemimpin dalam rumah tangga disebabkan oleh kebijakan yang tidak bijaksana. Ke-ego-an seorang pemimpin adalah tidak mau menerima saran atau kritikan dari orang lain, apalagi dari bawahan. Diskomunikasi antara seorang pemimpin dengan bawahan membuat sikap saling curiga dan pada akhirnya akan timbul ketidakpercayaan kepada pimpinan. Apalagi ada sikap pemimpin yang tidak mau menerima saran. Bila ada bawahan yang memberi masukan dianggap sebagai pembangkangan, ujung-ujungnya adalah pemutusan hubungan kerja secara sepihak.
            Jika demikian adanya, jangan berharap banyak akan adanya simpati dari bawahan. Di depan  kita para bawahan akan patuh semuanya, sedangkan di belakang kita mereka akan mencaci  maki  dari ujung kaki sampai ujung rambut. Bahkan sampai mati pun akan dikenang sebagai pemimpin yang kurang baik.
            Pidato  Khalifah Abu Bakar As-Siddiq ra ketika dilantik menjadi pemimpin ummat setelah wafat Rasulullah SAW hendaknya dapat menjadi contoh bagi kita dalam menjalankan amanah sebagai pemimpin dan intinya bisa dijadikan pijakan untuk memilih profil seorang pemimpin yang baik dunia akhirat. Isi pidato tersebut sebagaimana penulis kutip di Era Muslim diterjemahkan sebagai berikut: “Saudara-saudara, Aku telah diangkat menjadi pemimpin bukanlah karena aku yang terbaik di antara kalian semuanya, untuk itu jika aku berbuat baik bantulah aku, dan jika aku berbuat salah luruskanlah aku. Sifat jujur itu adalah amanah, sedangkan kebohongan itu adalah pengkhianatan. ‘Orang lemah’ di antara kalian aku pandang kuat posisinya di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya. ‘Orang kuat’ di antara kalian aku pandang lemah posisinya di sisiku dan aku akan mengambil hak-hak mereka yang mereka peroleh dengan jalan yang jahat untuk aku kembalikan kepada yang berhak menerimanya. Janganlah di antara kalian meninggalkan jihad, sebab kaum yang meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan oleh Allah SWT. Patuhlah kalian kepadaku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Jika aku durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk mematuhiku. Kini marilah kita menunaikan shalat semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua”.
            Dari pidato tersebut dapat di ambil beberapa poin mengenai sifat kepemimpinan beliau antara lain: pertama, Sifat rendah hati, kedua, Sifat terbuka untuk dikritik, ketiga, Sifat jujur dan memegang amanah, keempat, Sifat berlaku adil. Kelima, Komitmen dalam perjuangan, keenam,  Bersikap demokratis dan terakhir, Berbakti dan mengabdi kepada Allah.
            Bagaimana dengan gaya kepemimpinan pemimpin kita sekarang? Tentunya semua kita sudah merasakan sendiri bagaimana kebijakan yang dijalankan. Mungkin kita juga tak bisa menyalahkan mereka semua atas semua yang terjadi selama ini.  kepemimpinan yang didapatkan hari dengan cara melakukan berbagai kampanye. Tentunya cukup banyak dana yang harus dikeluarkan untuk meyakinkan masyarakat agar memilih dirinya. Jabatan yang didapat dengan mengeluarkan banyak uang untuk mendekati pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam memuluskan  jalan menuju tampuk kekuasaan. Ketika jabatan atau kekuasaan sudah di tangan, program yang pertama diprioritaskan adalah bagaimana cara mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan. Sedangkan program kesejahteraan rakyat merupakan program yang ke sekian. 
            Pemilihan kepala Daerah tinggal menghitung hari. Para kandidat  sedang gencar-gencarnya melakukan kampanye. Baik kampanye secara terang-terangan ataupun kampanye secara tersamar. Slogan, janji-janji ke depan jika terpilih menduduki jabatan tertentu terus berhamburan dari sang calon. Tujuan utama adalah bagaimana cara memikat hati masyarakat agar memilih mereka. Apakah janji tersebut ditepati atau hanya tinggal janji. Yang jelas cukup banyak sudah rakyat tertipu dengan mulut manis para politikus. Kesan pertama begitu  menggoda, selanjutnya ya terserah que. Wallahu’aklam bissawab

(Sudah Dimuat di Majalah SANTUNAN (majalah kementerian agama Aceh) edisi 6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahka komentar dengan bahasa yang santun