Sabtu, 23 Februari 2013

Guru Berkarakter

Kemorosotan moral terus terjadi ditengah masyarakat semakin mengkhawatirkan akan  perkembangan generasi muda. Setiap hari ada saja perilaku yang menyimpang dari norma yang berlaku dari kebiasaan dalam masyaralakat.  Balapan liar, tawuran,  pencurian, komsumsi obat terlarang  merupakan  sekelumit kisah yang sering terdengar dan sangat meresahkan kehidupan masyarakat.

Siapa yang harus bertanggung jawab terhadap kemerosotan moral ini?  Semua pihak seakan saling menunjuk untuk mempertanggung jawab masalah yang sedang terjadi. Jika sedikit mau berdamai semua pihak bertanggng jawab terhadap permasalahan moral generasi muda.  Keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan elemen yang saling berhubungan satu sama lain dalam hal ini.
Keluarga terutama kedua orang tua adalah pihak yang pertama dan utama yang harus bertanggung jawab terhadap perkembangan moral anak. Pembentukan moral dimulai dari rumah dengan menanamkan nilai-nilai akhlak Islami sejak anak masih dalam kandungan.   Pendidikan yang diberikan oleh orang tua dirumah sangat berpengaruh kepada perkembangan selanjutnya ketika bergaul dalam lingkungan pendidikan ataupun  lingkungan masyarakat. Anak lahir bagai kertas putih kosong, kedua orang tuanyalah yang menulis dikertas  tersebut.  Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari Muslim Rasulullah saw bersabda bahwa setiap anak lahir kedunia dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanya yang menjadikan anak tersebut majusi, nasrani atau yahudi.  Makanya dalam Islam sangat dianjurkan ketika bayi lahir untuk memperdengarkan kalimat tauhid ditelinganya dengan cara mengazankan. Hal tersebut dimaksudkan sebagai pendidikan pertama dalam pembentukan karakter Islami setelah seorang anak manusia hadir kedunia ini.
Kedua orang tualah yang bertanggung jawab terhadap pembentukan prilaku seorang anak. Baik buruknya yang terjadi di kemudian hari merupakan hasil pembinaan dari orang tua. Seringkali kita mendengar bahwa anak tidak jauh beda karakter dari kedua orang tuanya. Dalam bahasa Aceh disebutkan “Kiban u meunan minyek, kiban ureung chiek menan aneuk”. Karena pada dasarnya seorang anak pertama kali akan meniru kebiasaan yang didengar ataupun akan melakukan sesuatu yang dilihat dari kedua orang tuanya.
Ketika sudah mencapai usia pendidikan  formal,  seorang anak  akan masuk  lembaga pendidikan sekolah.  Disinilah tanggung jawab guru dalam membentuk karaktek anak. Guru, sebagai orang tua kedua setelah ayah dan ibu dirumah, tentunya mempunyai peran peneting terhadap pembentukan karakter moral generasi muda bangsa ini. Karenanya sosok guru untuk melakukan peran penting dalam mengemban tanggung jawab ini sudah sepatutnya  mempunyai moralitas baik untuk diteladani.
Guru sebagai sosok pendidik  yang ditiru dan digugu harus mempunyai karakter terpuji untuk menginspirasi anak didik menjadi lebih baik. Ironisnya,  Ada prilaku oknum guru seringkali menorehkan noda hitam dunia pendidikan dengan melakukan perbuatan asusila. Pelecehan kepada peserta didik, tindak kekerasan berlebihan dalam proses pengajaran  hingga menyebabkan trauma anak, berurusan dengan pihak hukum karena terlibat barang haram maupun prilaku amoral lainnya yang mencoreng nama baik seorang pendidik.
Melihat rumitnya persoalan didalam dunia pendidikan, pemerintah berusaha membenahi kurikulum untuk memperbaiki kemerosotan moral bangsa. Berbagai macam kurikulum dan metode pembelajaran dilakukan sebagai upaya mencari solusi dari permasalahan moral yang semakin komplek. Setiap pergantian pejabat bidang pendidikan muncul gagasan dan ide-ide baru untuk diimplementasikan pada anak didik.  Untuk saat ini pemerintah menerapkan kurikulum berkarakter pada pendidikan nasional.
Tentunya tidaklah berlebihan dalam mencapai tujuan kurikulum berkarakter harus dimulai dari pribadi pendidik itu sendiri, sebagai orang yang berinteraksi lansung dengan anak didik. Pendidikan berkarakter tidak hanya cukup ditulis dalam kurikulum terstruktur dengan rapi. Karena pada dasarnya kurikulum hanyalah sebuah konsep. Pencapaian konsep tersebut berada dipihak sekolah khususnya guru. Dengan kata lain, sebelum mengajar anak didik dengan menggunakan perangkat pembelajaran (kurikulum, silabus, dan RPP) dengan embel-embel karakter, maka terlebih dahulu yang harus berkarakter adalah gurunya.
Guru berkarakter merupakan guru yang memiliki kompotensi dibidang kepribadian dan bidang profesional. Sebagai sosok teladan  bagi peserta didik, guru harus mempunyai  kepribadian yang berhubungan dengan karakter terpuji. Mira Pasolong dalam tulisannya tentang guru berkarakter menyebutkan sifat-sifat berkarakter seorang guru yaitu memiliki sifat religious, jujur, bertanggung jawab, disiplin, penuh kasih sayang, sopan, menghargai, tenggang rasa, optimis, percaya diri dan berjiwa besar.
Nilai-nilai positif ini akan menjadi teladan bagi peserta didik. Seorang anak akan melihat karakter gurunya dan  mengimplementasikan dalam pergaulan kesehariannya. Keteladanan.  Itu hal yang paling penting. Ketika memberikan suatu aturan kepada anak didik, tentunya guru harus memberi contoh terlebih dahulu. Aturan yang diterapkan haruslah bersifat adil. Memberi hukuman apabila ada anak yang datang terlambat, maka
seyogianya guru juga harus malu datang terlambat jika ada jam mengajar.  Ketika anak didik dilarang
merokok di lingkungan sekolah, maka sepantasnya guru tidak melakukan hal yang sama didepan anak-anak. Guru melarang siswi berpakaian ketat, guru juga harus menghindari hal yang sama. Melarang anak didik menggunakan handphone sedang belajar, jangan pula gurunya malah asyik ber-hp ria ketika sedang berlansung  proses belajar mengajar.  Ketika hal seperti ini bisa diaplikasikan dengan baik, maka akan lahirlah peserta didik dengan karakter yang baik.
Jika guru sudah mampu mendidik dengan hati, bukan hanya mengajar mengandalkan otak, insya Allah penerapan kurikulum berkarakter bukan hanya akan menjadi sebatas rumusan di atas kertas saja. Marilah para guru  mendidik  putra putri bangsa dengan  penuh kasih sayang, menegur dengan senyuman ketika mareka salah, memeluk dengan lembut ketika mareka bersedih dan memuji dengan tulus  ketika mareka berprestasi.
Semoga pembinaan pribadi anak yang dimulai dari keluarga dan  berkelanjutan di lembaga pendidikan akan melahirkan generasi berkarakter  mulia. Sehingga dimasa mendatang tidak terdengar  lagi tindak kriminal ditengah masyarakat. Hidup aman, bahagia dunia akhirat.  Ayo kita raih bersama . amien.
Leubu menjelang siang 11-1-2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahka komentar dengan bahasa yang santun