Kemorosotan
moral terus terjadi ditengah masyarakat semakin mengkhawatirkan akan perkembangan generasi muda. Setiap hari ada
saja perilaku yang menyimpang dari norma yang berlaku dari kebiasaan dalam
masyaralakat. Balapan liar, tawuran, pencurian, komsumsi obat terlarang merupakan
sekelumit kisah yang sering terdengar dan sangat meresahkan kehidupan
masyarakat.
Siapa
yang harus bertanggung jawab terhadap kemerosotan moral ini? Semua pihak seakan saling menunjuk untuk
mempertanggung jawab masalah yang sedang terjadi. Jika sedikit mau berdamai
semua pihak bertanggng jawab terhadap permasalahan moral generasi muda. Keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan
elemen yang saling berhubungan satu sama lain dalam hal ini.
Keluarga
terutama kedua orang tua adalah pihak yang pertama dan utama yang harus
bertanggung jawab terhadap perkembangan moral anak. Pembentukan moral dimulai
dari rumah dengan menanamkan nilai-nilai akhlak Islami sejak anak masih dalam
kandungan. Pendidikan yang diberikan
oleh orang tua dirumah sangat berpengaruh kepada perkembangan selanjutnya
ketika bergaul dalam lingkungan pendidikan ataupun lingkungan masyarakat. Anak lahir bagai kertas
putih kosong, kedua orang tuanyalah yang menulis dikertas tersebut.
Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari Muslim Rasulullah saw bersabda bahwa setiap anak lahir kedunia dalam keadaan
fitrah, kedua orang tuanya yang menjadikan anak tersebut majusi, nasrani atau
yahudi. Makanya dalam Islam sangat
dianjurkan ketika bayi lahir untuk memperdengarkan kalimat tauhid ditelinganya
dengan cara mengazankan. Hal tersebut dimaksudkan sebagai pendidikan pertama
dalam pembentukan karakter Islami setelah seorang anak manusia hadir kedunia
ini.
Kedua
orang tualah yang bertanggung jawab terhadap pembentukan prilaku seorang anak.
Baik buruknya yang terjadi di kemudian hari merupakan hasil pembinaan dari
orang tua. Seringkali kita mendengar bahwa anak tidak jauh beda karakter dari
kedua orang tuanya. Dalam bahasa Aceh disebutkan “Kiban u meunan minyek, kiban ureung chiek menan aneuk”. Karena pada
dasarnya seorang anak pertama kali akan meniru kebiasaan yang didengar ataupun
akan melakukan sesuatu yang dilihat dari kedua orang tuanya.
Ketika
sudah mencapai usia pendidikan
formal, seorang anak akan masuk lembaga pendidikan sekolah. Disinilah tanggung jawab guru dalam membentuk
karaktek anak. Guru, sebagai orang tua kedua setelah ayah dan ibu dirumah, tentunya
mempunyai peran peneting terhadap pembentukan karakter moral generasi muda
bangsa ini. Karenanya sosok guru untuk melakukan peran penting dalam mengemban
tanggung jawab ini sudah sepatutnya mempunyai moralitas baik untuk diteladani.
Guru
sebagai sosok pendidik yang ditiru dan
digugu harus mempunyai karakter terpuji untuk menginspirasi anak didik menjadi
lebih baik. Ironisnya, Ada prilaku oknum
guru seringkali menorehkan noda hitam dunia pendidikan dengan melakukan
perbuatan asusila. Pelecehan kepada peserta didik, tindak kekerasan berlebihan dalam
proses pengajaran hingga menyebabkan
trauma anak, berurusan dengan pihak hukum karena terlibat barang haram maupun
prilaku amoral lainnya yang mencoreng nama baik seorang pendidik.
Melihat
rumitnya persoalan didalam dunia pendidikan, pemerintah berusaha membenahi
kurikulum untuk memperbaiki kemerosotan moral bangsa. Berbagai macam kurikulum
dan metode pembelajaran dilakukan sebagai upaya mencari solusi dari
permasalahan moral yang semakin komplek. Setiap pergantian pejabat bidang
pendidikan muncul gagasan dan ide-ide baru untuk diimplementasikan pada anak
didik. Untuk saat ini pemerintah
menerapkan kurikulum berkarakter pada pendidikan nasional.
Tentunya
tidaklah berlebihan dalam mencapai tujuan kurikulum berkarakter harus dimulai
dari pribadi pendidik itu sendiri, sebagai orang yang berinteraksi lansung
dengan anak didik. Pendidikan berkarakter tidak hanya cukup ditulis dalam
kurikulum terstruktur dengan rapi. Karena pada dasarnya kurikulum hanyalah
sebuah konsep. Pencapaian konsep tersebut berada dipihak sekolah khususnya
guru. Dengan kata lain, sebelum mengajar anak didik dengan menggunakan
perangkat pembelajaran (kurikulum, silabus, dan RPP) dengan embel-embel
karakter, maka terlebih dahulu yang harus berkarakter adalah gurunya.
Guru
berkarakter merupakan guru yang memiliki kompotensi dibidang kepribadian dan
bidang profesional. Sebagai sosok teladan
bagi peserta didik, guru harus mempunyai
kepribadian yang berhubungan dengan karakter terpuji. Mira Pasolong
dalam tulisannya tentang guru berkarakter menyebutkan sifat-sifat berkarakter
seorang guru yaitu memiliki sifat religious, jujur, bertanggung jawab, disiplin,
penuh kasih sayang, sopan, menghargai, tenggang rasa, optimis, percaya diri dan
berjiwa besar.
Nilai-nilai
positif ini akan menjadi teladan bagi peserta didik. Seorang anak akan melihat
karakter gurunya dan mengimplementasikan
dalam pergaulan kesehariannya. Keteladanan. Itu hal yang paling penting. Ketika memberikan
suatu aturan kepada anak didik, tentunya guru harus memberi contoh terlebih
dahulu. Aturan yang diterapkan haruslah bersifat adil. Memberi hukuman apabila
ada anak yang datang terlambat, maka
seyogianya guru juga harus malu datang terlambat jika ada jam mengajar. Ketika anak didik dilarang
merokok di lingkungan sekolah, maka sepantasnya guru tidak
melakukan hal yang sama didepan anak-anak. Guru melarang siswi berpakaian
ketat, guru juga harus menghindari hal yang sama. Melarang anak didik
menggunakan handphone sedang belajar, jangan pula gurunya malah asyik ber-hp ria ketika sedang berlansung proses belajar mengajar. Ketika hal seperti ini bisa diaplikasikan
dengan baik, maka akan lahirlah peserta didik dengan karakter yang baik.seyogianya guru juga harus malu datang terlambat jika ada jam mengajar. Ketika anak didik dilarang
Jika
guru sudah mampu mendidik dengan hati, bukan hanya mengajar mengandalkan otak,
insya Allah penerapan kurikulum berkarakter bukan hanya akan menjadi sebatas
rumusan di atas kertas saja. Marilah para guru
mendidik putra putri bangsa
dengan penuh kasih sayang, menegur
dengan senyuman ketika mareka salah, memeluk dengan lembut ketika mareka
bersedih dan memuji dengan tulus ketika
mareka berprestasi.
Semoga
pembinaan pribadi anak yang dimulai dari keluarga dan berkelanjutan di lembaga pendidikan akan
melahirkan generasi berkarakter mulia.
Sehingga dimasa mendatang tidak terdengar lagi tindak kriminal ditengah masyarakat.
Hidup aman, bahagia dunia akhirat. Ayo
kita raih bersama . amien.
Leubu menjelang
siang 11-1-2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahka komentar dengan bahasa yang santun