Rabu, 20 Februari 2013

BERCANDA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Kerja kantoran atau di lembaga pendidikan sering membuat seseorang tertekan dengan banyaknya kerjaan atau tuntutan tugas  yang menumpuk. Setiap hari terus berhadapan dengan tuntutan dari atasan untuk memberikan pelayanan yang memuaskan kepada  public.  Dalam kondisi seperti ini semua orang membutuhkan penyegaran dan bercanda. Canda tawa adalah obat penghilang stress dan hidup ini akan terasa menyenangkan apabila ada canda tawa.
Bercanda dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai dalam berbagai suasana. Bahkan beberapa stasiun TV swasta  membuat acara khusus  yang berisi candaan untuk menghibur pemirsa agar ketawa. Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin bagi umat manusia juga menganjurkan untuk  bercanda.
Tentunya harus diperhatikan bahwa dalam bersenda gurau dengan kawan atau orang lain tidak menyakiti seseorang. Karena kadang kadang dalam canda sudah kelawatan batas sehingga ada hati yang tersakiti. Rasulullah saw sebagai teladan bagi kita sebagai manusia biasa, Beliau  sering mengajak istri, dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau, untuk mengambil hati, dan membuat mereka gembira. Namun canda tidak berlebih-lebihan, tetap ada batasannya. Tertawa juga tidak melampaui batas tetapi hanya tersenyum. Begitu pula, meski dalam keadaan bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang benar.
CANDA YANG DIBOLEHKAN
Jika kita ingin melakukannya, maka harus memperhatikan beberapa hal yang penting dalam bercanda sehingga candaan tidak menyebabkan ada hati yang tersakiti. Diantara canda yang dibolehkan adalah:
1.      Meluruskan Tujuan yaitu bercanda untuk menghilangkan kepenatan, rasa bosan dan lesu, serta menyegarkan suasana dengan canda yang dibolehkan. Sehingga kita bisa memperoleh gairah baru dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat.
2.      Jangan melewati batas.
Sebagian orang sering kebablasan dalam bercanda hingga melanggar norma-norma. Dia mempunyai maksud buruk dalam bercanda, sehingga bisa menjatuhkan wibawa dan martabatnya di hadapan manusia. Orang-orang akan memandangnya rendah, karena ia telah menjatuhkan martabatnya sendiri dan tidak menjaga wibawanya. Terlalu banyak bercanda akan menjatuhkan wibawa seseorang.
3.      Jangan bercanda dengan orang yang tidak suka bercanda.
Terkadang ada orang yang bercanda dengan seseorang yang tidak suka bercanda, atau tidak suka dengan canda orang tersebut. Hal itu akan menimbulkan akibat buruk. Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa kita hendak bercanda.
4.      Jangan bercanda dalam perkara-perkara yang serius.
Ada beberapa kondisi yang tidak sepatutnya bagi kita untuk bercanda. Misalnya dalam majelis penguasa, majelis ilmu, majelis hakim, ketika memberikan persaksian, dan lain sebagainya.
5.      Hindari perkara-perkara yang dilarang allah subhanahu wa ta'ala saat bercanda.
Tidak boleh bercanda atau bersenda gurau dalam perkara yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, di antaranya sebagai berikut.  Seperti, menakut-nakuti seseorang dalam bercanda,  berdusta, melecehkan orang dan canda yang berisi fitnah terhadap orang lain.
6.      Hindari bercanda dengan aksi dan kata-kata yang buruk.
Banyak orang yang tidak menyukai bercanda seperti ini. Dan seringkali berkembang menjadi pertengkaran dan perkelahian. Sering kita dengar kasus perkelahian yang terjadi berawal dari canda. Maka tidak sepatutnya bercanda dengan aksi kecuali dengan orang yang sudah terbiasa dan bisa menerima hal itu. Sebagaimana para sahabat saling melempar kulit semangka setelah memakannya.
Adapun bercanda dengan kata-kata yang buruk tidak dibolehkan sama sekali. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman: “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”. (Qs. al-Isrâ`:53).
7.      Tidak banyak tertawa.
Banyak orang yang tertawa berlebihlebihan sampai terpingkal-pingkal ketika bercanda. Ini bertentangan dengan sunnah. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengingatkan agar tidak banyak tertawa, beliau bersabda :“Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.”
8.       Bercanda dengan orang-orang yang membutuhkannya.
Seperti dengan kaum wanita dan anakanak. Itulah yang dilakukan oleh Nabi saw, yaitu sebagaimana yang beliau lakukan terhadap ‘Aisyah Radhiyallahu 'anha dan al Hasan bin Ali, serta seorang anak kecil bernama Abu ‘Umair.
9.      Jangan melecehkan syiar-syiar agama dalam bercanda.
Umpamanya celotehan dan guyonan para pelawak yang mempermainkan simbol-simbol agama, ayat-ayat al-Qur‘an dan syiar syiarnya,  Sungguh perbuatan itu bisa menjatuhkan pelakunya dalam kemunafikan dan kekufuran. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: “ orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: "Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya)." Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu. #  Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? (Qs. at-Taubah: 64-65)
(disarikan dari: Ustadz Abu Ihsan al-Atsari).
Demikian beberapa hal yang harus diperhatikan dalam candaan dengan kawan atau  saudara.  Tujuan utama bercanda adalah menciptakan suasana menyenangkan dalam keseharian. Jika candaan sudah melewati batas akan menimbulkan sakit hati orang lain, bahkan bisa menimbulkan permusuhan baru di antara sesama. Hal tersebut harus dihindari  karena agama Islam sangat melarang bercanda secara berlebihan hingga menimbulkan permusuhan antara sesama. Mari selalu bercanda dengan kata-kata yang bermamfaat dan menyenangkan, hingga hidup terasa lebih menyenangkan  dan menjadi pribadi yang lebih  disenangi oleh kawan dan segani oleh lawan. Semoga !!!!!

1 komentar:

silahka komentar dengan bahasa yang santun