Selasa, 05 Februari 2013

Ketika suara


Semalam seorang ustaz yang berceramah di Masjid Raya Baiturrahman  Banda Aceh menceritakan sebuah kisah yang sangat ironis ditengah mayoritas kehidupan masyarakat Islami.  Di mana ada seorang  yang mengaku beragama Islam datang kepada teungku imum  mengadukan kepadanya bahwa selama ini merasa terganggu dengan suara azan  dan halaqah yang di Masjid tempat tinggalnya  yang mengaku sangat terganggu karena menggunakan pengeras suara. Sehingga berencana  menggugat pengurus masjid dilingkungan tempat tinggalnya karena telah mengganggu kenyamannya.
Tentunya sangat naïf  jika melihat polah tingkah laku seorang anak manusia hari ini yang mengaku beragama Islam tapi tak bisa mendengar Azan atau mendengar siraman rohani.  Tentunya akan timbul pertanyaan dalam benak kita, apakah orang ini tidak pernah di azankan ketika lahir, sehingga agak takut mendengar suara azan atau sengaja mengaku-ngaku  beragama Islam.
Sebenarnya ini bukan cerita baru karena jauh sebelumnya, di lingkungan penulis juga pernah terjadi hal yang sama. Ketika bulan Ramadhan warga sering mengadakan tadarusan sampe jam 24.00. kegiatan ini pernah ada warga yang memprotes  dengan alasan suara ngaji tersebut membuat istirahatnya terganggu, warga ini menganjurkan ngaji di masjid tidak perlu pake pengeras suara. Cukup terdengar dalam masjid saja. Sungguh tanggapan yang sangat membingungkan.
Suara azan dan suara ngaji yang menyejukkan kalbu menjadi pengobat lara. Makhluk Allah semuanya bertasbis mendengar azan, tapi kenapa masih ada manusia yang masih congkak. Hanya senang mendengar nyanyian dangdut yang memekakkan dana. Suara hingar bingar yang membuat jantung terasa copot.
Dunia mau kiamat, cukup banyak sudah tanda tanda kecil akan datangnya kiamat…semoga kita menjadi pribadi  yang selalu mencintai kebaikan dan benci akan maksiat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahka komentar dengan bahasa yang santun