Ibu.
Tiga huruf yang dirangkai menjadi sebuah
kata mepunyai makna yang sangat penting bagi kehidupan anak manusia. Ibu yang
mengandung selama Sembilan bulan, lalu
melahirkan dengan susah payah,
kemudian menyapihnya selama dua tahun.
Ketika anaknya masih kecil, siang dan malam bergadang untuk
menjaganya agar terhindar dari segala sesuatu
yang membahayakan keselamatan. Sungguh besar
pengorbanan dan perjuangan seorang ibu dalam membesarkan anaknya. Beratnya perjuangan seorang ibu, dalam masyarakat Aceh sering terdengar senandung perumpamaan “Bak saboh jamok poma melelet, bak saboh pijet
poma meujaga”. Maksudnya lebih kurang bahwa “seorang ibu demi anaknya yang
masih kecil rela bergadang demi menjaga anaknya dari gigitan nyamuk ataupun
kutu busuk. Ketika anaknya sakit, hatinya gundah dan gelisah seakan dialah yang
sakit bukan anaknya. Masa-masa sulit dalam perkembangan anak terus dilewati dengan sabar, walaupun
kadang-kadang anaknya tumbuh sangat
hiper aktif dan selalu membuat galaw hati.
Perjuangan
berat yang dilalui oleh seorang ibu mendapat keistimewaan dari Allah swt, dalam
sebuah hadis nabi bersabda: “seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah
yang paling berhak memperoleh pelayanan dan persahabatanku?” Nabi saw menjawab,
“ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, baru kemudian ayahmu dan kemudian yang
lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu” (HR. Mutafaq ‘Alaih).
Hadis
di atas menjelaskan bahwa seorang ibu harus di utamakan dan diutamakan. Ketika
dalam waktu bersamaan kedua orang tua
memanggil kita karena suatu hajat, maka panggilan ibu harus dipenuhi terlebih
dahulu baru kemudian memenuhi panggilan Bapak. Ibu, ibu dan ibu baru kemudian bapak.
Kasih
sayang seorang ibu yang diberikan tidak
pernah mengharapkan balasan dari anaknya, berapapun usia kita hari ini pasti pernah merasakan
bagaimana tulusnya pemberian yang diberikan. Permintaan, keinginan kita sebagai
anaknya dengan segala kesukaran berusaha disanggupi Dia rela menderita demi kebahagiaan anaknya.
Kadang harus menahan lapar agar anaknya bisa kenyang, menahan malu untuk
kenyamanan anaknya, tahan terhadap dinginnya malam dan panasnya terik matahari bergadang
siang malam berkerja tak pernah sedikitpun mengeluh apalagi minta balasan dari
anaknya. Air mata dan doa selalu mewarnai hari – hari yang terlewati dalam
membesarkan anak tercinta.
Kasih
ibu tak terbatas, mengandung, melahirkan, mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih sayang.
Ibu dengan segala keterbatasannya berusaha memberikan yang terbaik kepada
anaknya. Kasih ibu tak mungkin bisa dibalas. Sebagai anak harus berusaha berbakti
kepadanya. Jika dia masih ada (hidup) berikan yang terbaik untuk membuat
hatinya selalu bahagia dan bangga. Kehadiran kita sebagai anaknya harus selalu
menjadi pelipur lara dalam suka duka, bukan menjadi menjadi malapetaka dalam kehidupan mareka.
Apabila
dia sudah mendahului menghadap Ilahi, berbakti kepada orang tua terutama ibu
adalah dengan cara berdo’a dan menziahi
kuburnya. Tetaplah menajdi anak terbaik walau ibu kita tidak bisa melihatnya
lagi. Anak dengan orang tuanya tidak akan terputus hubungan walaupun alam yang
berbeda telah memisahkan. Doa anak akan selalu menjadi amalan yang ditunggu
oleh orang tua di alam kubur. Rabbigh firlii waliwaa lidayyaa warhamhumaa kamaa rabbayanii shaghira.
Perempuan
yang telah melahirkan kita tetaplah
menjadi ibu, apapun kedudukan dan status yang kita pegang hari ini. Jangan
pernah mengecilkan peran ibu. Pejabat,
pedagang, penulis, dokter, insiyur, buruh kasar, sopir dan status bergengsi
lainnya dalam msayarakat jangan pernah melupakan ibu kita. Ketika sudah menjadi
pejabat atau orang penting dalam masyarakat jangan pernah terbetik dalam hati
merasa malu karena mempunyai seorang ibu yang tidak modern ataupun tinggal di
kampung. Yang lebih mengeyedihkan lagi nasib seorang ibu yang sudah tua karena
anaknya terlalu sibuk dengan dunianya rela menitipkan ibunya ke panti jumbo dengan alasan tak
sempat mengurusnya. Ada juga yang menjadikan ibunya sebagai pembantu. Sebagian
dari kita karena merasa sedikit
kekurangan dari segi harta dibiarkan ibunya yang sudah tua renta mencari nafkah
sendiri. Lain halnya jika orang tua merasa bahagia dengan terus bekerja walau
sudah tua. Sebagai anak haruslah memberikan yang terbaik untuk ibu kita. Cukuplah
satu orang yang menjadi Maling kundang dalam
kehidupan ini, jangan jadikan diri kita
sebagai maling-maling selanjutnya karena durhaka kepada ibu. Na’uzubillah
Banda
Aceh: Tuk mamak tercinta kasihmu tiada
terbalas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahka komentar dengan bahasa yang santun