Kamis, 07 Februari 2013

Ayo menulis dengan CInta

Menulis. Sebuah kata yang penuh makna. Kata demi kata dirangkai menjadi sebuah kalimat. Dari kalimat sudah sedikit terlihat maksud yang ingin disampaikan melalui tulisan. Kemudian untuk menjelaskan maksud yang ingin disampaikan melalui tulisan secara mendalam, kalimat dirangkai lagi menjadi paragaf – paragaf panjang berisi penjelasan yang lebih kompleks.
Artikel, opini, essay, cerita, pengalaman, sejarah dan tulisan ilmiah menjadi rangkaian kalimat untuk menyampaikan maksud isi hati. Intinya adalah menulis. Untuk apa menulis? Jika pertanyaan ini dimunculkan secara general akan timbul berbagai jawaban variatif tergantung kepada siapa pertanyaan tersebut diajukan. Namun demikian menurut penulis pribadi secara sederhana dapat dikelompokkan kepada empat golongan dorongan seseorang menulis,yaitu; Pertama, orang menulis untuk mencurahkan isi hatinya. Kalau dalam bahasa anak muda disebut dengan menumpahkan kegalauan hatinya. Biasanya orang ini menulis dibuku diary yang hanya menjadi rahasia pribadi yang tersimpan rapi dalam lemarinya. Mungkin ketika orang tersebut meninggal baru terbongkar rahasia hatinya yang selama ini tersimpan rapi. Annelies Marie "Anne" Frank, sebagai contoh yang menulis diary ketika ia bersembunyi bersama keluarga dan empat orang lainnya di Achterhuis, Amsterdam semasa pendudukan Nazi di Belanda pada Perang Dunia II. Setelah bersembunyi selama dua tahun, mereka dikhianati dan dibawa ke kamp konsentrasi yang mengakibatkan seluruh penghuni Achterhuis tewas kecuali Otto Frank, ayah Anne. Saat, Otto kembali ke Amsterdam, asistennya yang bernama Miep Gies menyerahkan buku harian Anne yang ditemukannya. Otto berusaha mempublikasikan buku tersebut karena ia mengetahui harapan putrinya unuk menjadi seorang penulis. Perkembangan zaman globalisasi yang serba terbuka, orang orang galau tidak menumpahkan isi hatinya dalam buku diary. Kegalauan hatinya ditumpahkan dalam media internet yang bisa dibaca oleh semua orang. Jejaringan social facebook atau twitter seringkali menjadi kerangjang yang harus menampung segala macam kekesalan, kemarahan, uneg-uneg , dan curhatan hati pemakainya. Media silaturrahmi kadangkala bisa berubah fungsi menjadi tempat berperang dengan tulisan di dunia maya. Kedua, menulis Karena ingin mendapatkan imbalan. Biasanya golongan kedua ini bergairah menulis karena mengharapkan fulus dari hasil tulisannya. Jika ada pesanan tulisan dengan embel-embel honor atau ada lomba menulis dalam suatu kegiatan penanya akan bergerak dengan cepat untuk merangkai kata. Ketiga, menulis karena tuntutan keadaan. Seorang mahasiswa membuat tulisan berupa makalah ataupun skripsi untuk memenuhi tugas yang dibebankan oleh dosen agar mendapatkan nilai tertentu. Atau seorang pelajar menulis karena guru bahasa Indonesia mewajibkannya harus membuat sebuah karangan. Begitu juga mungkin seorang guru menulis ketika diharus membuat karya tulis sebagai syarat kenaikan pangkat. Seorang karyawan menulis laporan yang diminta oleh atasannya. Tuntutan seperti ini mendorong seseorang dengan sangat terpaksa harus menulis. Keempat, menulis karena panggilan jiwa. Kebiasaan menulis dijadikan sebagai media untuk berjihad. Dengan menulis berusaha memberi pencerahan dan mengajarkan ilmu kepada semua orang. Kebiasaan ini terus menerus dilakukan sebagai media menyebarkan ilmu atau mengajak masyarakat kepada kebaikan. Seringkali penulis model ini mendapat tekanan dari pihak tertentu karena bersebarangan pemikiran ataupun melakukan kritik terhadap penguasa melalui sebuah tulisan. Pada zaman orba sering kali kita mendengar ada yang masuk penjara gara gara sebuah tulisan yang mengkritik penguasa. Tipe ini tetap akan menulis walau tubuhnya terpenjara dibali terali besi. Hamka salah satu contoh penulis yang menghasilkan karya terbesar dalam penjara dengan menulis tafsir al-Azhar. Dari tipe yang tersebut di atas, termasuk tipe manakah kita? Walaupun tidak termasuk salah satu tipe itu, jelasnya kita semua adalah penulis. Yakin atau tidak semua kita adalah pribadi penulis, paling tidak kita pernah menulis sebuah ‘sms’ atau email untuk kawan ataupun kolega kita. Jadi, walau hanya satu atau dua kata yang tertulis tetaplah sebagai penulis. Karena dari satu dua kata tersebut akan muncul ribuan kata yang bisa dirangkai menjadi makna yang sangat bervariatif. Apapun alasan yang mendorong kita menulis berusahalah ‘menulis dengan hati atau ‘menulis dengan cinta’, karena menulis dengan hati atau cinta akan menghasilkan sesuatu yang berbeda. Menulis dengan hati dan cinta, pasti setiap hari memiliki kerinduan yang dalam dalam untuk menulis. Tidak terpengaruhi dengan sesuatu apapun, waktu dan ide pasti akan tersedia. Bagaikan seseorang merindukan kekasihnya yang jauh. Dimana ketika bertemu saling mencurahkan isi dan menikmati suasana dalam rasa cinta yang tak terkira. Waktu dan tempat tidak jadi penghalang untuk dimanfaatkan. Ide sekecil apapun bisa dijadikan pemicu untuk menghasilkan sebuah tulisan. Saat terbangun di tengah malam, bisa saja dijadikan kesempatan untuk menulis. Saat menunggu antrian atau menunggu seseorang sebuah tulisan indah terangkai dengan rapi. Ketika melihat seorang anak menangis atau saat melihat kucing mengeong diselokan jalan, bisa menjadi inspirasi yang menghasilkan sebuah tulisan bermakna. Menulis karena hati dan cinta, pasti tidak lagi dapat dipengaruhi oleh materi, penghargaan, pujian, dan kritikan. Sebab menulis tidak mengharapkan pamrih lagi. Menulis sudah menjadi pangggilan jiwa. Menulis akan membebaskan hati dari perasaan benci, marah, sombong, iri, tinggi hati dan kepentingan tertentu. Menulis hanya dilakukan untuk berbagi kebaikan, pembelajaran dan pencerahan hidup kepada sesama ummat manusia. Disamping itu, bisa juga menjadi pedang penegak kebenaran untuk memerangi kemungkaran atau kesesatan yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat. Intinya, menulis karena cinta pasti membuat hidup ini lebih bergairah, lebih indah dan bermakna. Karya-karya indah melalui toresan pena akan terus mengalir setiap saat. Marilah kita menulis karena cinta demi perubahan dalam hidup untuk pribadi, bangsa, agama dan Negara. Me lui menulislah bisa mencurahkan segala isi yang akan memberikan perubahan besar. Semoga..la Tulisan Ini sudah pernah dimuat di majalah Potret Edisi 65 Febuari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahka komentar dengan bahasa yang santun