Beberapa hari yang lalu melakukan
perjalanan ka daerah perdalaman
Indrapuri, di sana terlihat hamparan gunung yang sudah gundul. Kemana mana memandang terlihat
pemandangan gunung sedikit sekali adanya pohon-pohon rindang. Sepanjang jalan hanya kita temui rumput
ilalang dan juga tumbuhan tumbuhan rendah milik masyarakat.
Hal yang sama juga terlihat juga
ketika pulang ke Bireuen. Disana ikut menemani orang tua ke kebun di daerah
pergunungan. Daerah tersebut juga terlihat sama gundulnya sepanjang mata melihat.
Tidak ada lagi pohon pohon besar. Hanya terlihat pohon pinang, coklat, kelapa
dan semak belukar yang tak seberapa.
Kalau anda pernah melakukan perjalanan dari Banda Aceh ke Medan. Akan
melewati seulawah atau lebih dikenal dengan Saree. Di sana akan terlihat
pemandangan gunung yang sudah gundul. Tidak ada lagi pohon-pohon besar yang
menjadi pelindung bumi ini. sekarang di Seulawah pohon pohon rindang sudah
berganti dengan pohon pisang, papaya, tumbuhan ubi, cabe dan jenis tanaman umur
pendek lainnya. Hutan lindung di daerah tersebut mungkin yang tersisa hanya di
taman Pocut Meurah selebihnya semua telah di sulap oleh penduduk menjadi kebun
dan tempat tinggal serta perkantoran.
Hutan lindung sebagai pencegah
banjir, cuaca panas dan atmosfir alam yang normal sudah tidak lage. Hamper
seluruh kawasan daerah sudah berganti
dengan kawasan penduduk dan menjadi kebun masyarakat.
Akibat dari ketiadaan hutan
lindung, banyak fenomena alam yang tidak bersahabat sering terjadi. banjir,
kekeringan, cuaca ekstrem, dan cuaca panas merupakan akibat akibat yang timbul
dari hilangnya hutan lindung. Belum lagi terganggunya kehidupan alam liar
dengan eksesnya mengganggu kehidupan masyarakat.
Seringkali kita mendengar ada
sekawanan gajah mengamuk pemukiman penduduk, harimau yang memangsa masyarakat
atau babi yang berkeliaran merusak tanaman warga. Kenapa hal tersebut bisa
terjadi? jawaban dari pertanyaan
tersebut kita kembalikan kepada hati nurani masing-masing. Jika mau jujur sebenarnya
binatang-binatang tersebut tidak akan menganggu manusia seandainya kita sebagai
manusia tidak mengganggu mareka terlebih dahulu. Hutan tempat tinggal dan mencari makan hewan hewan tersebut sudah
dihancurkan oleh tangan tangan jahil manusia. Tentunya tidak berlebihan ketika binatang tersebut turun kepemukiman penduduk untuk mencari makan.
dihancurkan oleh tangan tangan jahil manusia. Tentunya tidak berlebihan ketika binatang tersebut turun kepemukiman penduduk untuk mencari makan.
Bahkan yang lebih miris lagi
adalah melihat hewan-hewan tersebut jadi pengemis untuk mencukupi kebutuhan
makan. Pemandangan seperti itu terlihat di Seulawah, puluhan ekor monyet turun
ke jalan meminta belas kasih manusia untuk mengisi perut mareka. Monyet-monyet
tersebut duduk berjejer disepanjang jalan menunggu mobil mobil lewat dan
penumpangnya melemparkan makanan kepada mareka. Jika hutan masih seperti dulu,
tentunya tidak sudi mareka turun kejalan. Tentunya lebih enak bergelantungan
dari pohon ke pohon dalam hutan Allah.
Tangan – tangan jahil manusia
telah menghancurkan alam dan menghancurkan makhluk Allah tak terkecuali manusia
juga akan punah dengan keserakahan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.
Allah berfirman…telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS.
Ar-Ruum :41)
Peringatan Allah dalam Al-Qur’an
sudah sangat jelas, tapi hari ini banyak diantara kita yang kurang ngeh
terhadap peringatan Allah,hingga banyak kerusakan dan kehancuran yang terjadi. Baru kemudian merasa menyesal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahka komentar dengan bahasa yang santun