Senin, 10 Juni 2013

HANA BUET MITA BUET



                                (Sebuah renungan untuk selalu menikmati kerja)

“Seorang  kawan pernah mengeluh bahwa dia sangat  bosan kerja ditempatnya sekarang. Kerja itu-itu saja, monoton tak ada tantangan sedikitpun.   Setahu saya tempat kerjanya merupakan  tempat kerja yang
diimpikan semua orang. Bahkan jauh-jauh hari  dia mempersiapkan  diri dan berbagai usaha dilakukan  agar bisa diterima bekerja tempat itu. Ironisnya  ketika dia sudah bergabung dengan perusahaan tersebut, malah dia merasa bosan. Bahkan dia ingin cepat-cepat hengkang dari tempat tersebut.”

Pengalaman diatas mungkin bukan hal baru. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai hal yang sama. Bahkan jika boleh jujur semua orang mengeluh  hal yang sama. Mengeluh dan mengeluh. Apalagi yang sudah lama bekerja disuatu   tempat tanpa ada perubahan dari tahun ketahun.  Alasan atasan otoriter,  teman kantor menyebalkan dan suananya kurang menyenangkan sering keluar dari mulut orang yang sudah bekerja lama disuatu tempat.

Akibat dari kebosanan tersebut, timbullah sebuah penyakit malas masuk kerja atau masuk hanya untuk menyelesaikan kewajiban tanpa memberikan kontribusi yang maksimal. Padahal gaji yang diterima tidak pernah mau telat. Kurang sedikit ribut. Sebagian pegawai ada yang kerja sampingan kerja di tempat lain dengan melalaikan tugas pokok. Biasanya ini sering terjadi  dilingkungan pegawai pemerintah. Habis apel pagi menghilang entah kemana, datang lagi ketika absen pulang. Sehingga banyak kerjaan yang molor.

Bukan rahasia lagi sebelum ada kerja,  kita berusaha mati-matian untuk memperoleh suatu pekerjaan.  Berbagai usaha kita lakukan. Tak heran bila sebagian orang bahkan rela mengeluarkan kocek puluhan juta untuk mendapatkan sebuah tempat kerja. Ini sering terjadi bagi mareka yang menginginkan  kerja  sebagai Pegawai Negeri Sipil. Sungguh ironi bukan, sesuatu yang kita perjuangkan mati-matian ternyata setelah berada ditangan menjadi kurang nyaman.  Itulah dalam bahasa Aceh sering sering dikatakan "Hana buet mita buet, ban na but ka bee”.

Seringkali kita membanding-bandingkan diri sendiri dengan dengan orang lain, seakan kitalah yang paling menderita. Guru mungkin akan mengatakan enak kerja di kantoran, tak perlu berhadapan dengan kenakalan anak-anak didik.  Bagi yang kerja di kantoran mungkin mengatakan bahwa enak jadi guru  cepat pulang dan  bahyak liburnya.  Mungkin sebagian melihat wartawan, mengatakan enak jadi wartawan bisa jalan-jalan dan berjumpa dengan orang-orang hebat. Bagi yang sudah jadi wartawan mungkin akan mengeluh capek dan bosan mengejar deadline berita. Sebagian lagi melihat orang lain kerja disebuah perusahaan bonafit menghayal enaknya kerja di tempat tersebut  karena gaji melimpah dengan berbagai bonus tiap tahun. Sedangkan mareka  yang sudah kerja ditempat tersebut,  sering  berkeluh untuk apa banyak uang kalau capeknya minta ampun. Sebentar-bentar lembur.

Kita lihat orang lain kerja sangat menyenangkan.  Ketika merasakan hal yang sama akan berpikiran lain.  Istilahnya, rumput tetangga selalu  nampak lebih hijau.
Sadar atau tidak pada dasarnya manusia mempunyai sifat  tak pernah merasa puas. Khususnya dibidang materi. Sudah ada sepeda angin, ingin mempunyai sepeda motor. Sudah memiliki sepeda motor ingin punya mobil pribadi. Sudah pernah merasakan enaknya punya mobil pribadi, ingin punya pesawat terbang. Dan seterusnya ingin memiliki benda-benda terbaru.  Ada kalanya suatu benda tidak begitu dibutuhkan, dibeli juga. Keinginan memiliki suatu benda bukan lagi karena kebutuhan tapi tak lebih hanya sebagai ajang ikut-ikut mode atau ajang pamer  kemewahan. Agar tak dicap sebagai orang ketinggalan zaman. 

Jika model kehidupan seperti itu yang selalu kita kejar. Hidup kita akan selalu berkubang dengan kesengsaraan. Siang malam akan  terpikir bagaimana mendapatkan uang banyak. Agar segala ambisi terpenuhi. Hana buet mita buet.

Sebagai manusia tak pernah merasa terpuaskan. Tapi alat pemuas kebutuhan adanya terbatas.  Jika selalu merasa tidak terpuaskan dan tidak bisa menikmati sesuatu yang ada akan hidup dalam kesengsaraan.

Solusinya untuk memperoleh kebahagiaan adalah mensyukuri dan menikmati. Jika nikmat yang ada kita syukuri, sesungguhnya nikmat itu akan bertambah banyak.   Sesungguhnya jika kamu brsyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab Allah sangat pedih.”  (Qs. Ibrahim: 7)

Mensyukuri adalah kunci utama untuk dapat menikmati  hidup ini dengan nyaman. Ketika kita sudah mendapat suatu pekerjaan, walaupun pekerjaan itu sangat jauh dari yang kita impikan, bersyukurlah. Karena banyak saudara-saudara kita yang luntang lantung mencari pekerjaan. Masih banyak yang mempunyai nasib tidak seberuntung dengan kita.  Dalam segi materi kita harus banyak melihat kebawah. Jangan yang nampak didepan mata hanyalah orang – orang kaya yang serba kecukupan. Harusnya melihat sering melihat mareka yang masih apoh apah dalam mengumpulkan seribuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Melihat orang yang kurang beruntung dari kita akan menimbulkan rasa syukur kepada yang maha kuasa. Betapa besar nikmat yang sudah kita terima.

Begitu juga dalam  menjalani suatu pekerjaan.  Sebagai manusia biasa mungkin tak luput dari rasa bosan. Atau ingin pindah kerja  mencari suasana baru. Yang jadi persoalan  sekarang  adalah  keinginan kita tak selama berjalan sesuai dengan rencana. Ketika keinginan kita  bertolak belakang dengan kenyataan,  ada baiknya kita berusaha  membuat kenyataan itu menjadi lebih indah. Sehingga dalam menjalaninya akan lebih menyenangkan. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk membuat kerja itu menjadi menyenangkan. Pertama, Suka tak suka terhadap pekerjaan tersebut, berusahalah menerima dengan ikhlas. Kedua, belajar menikmatinya walau bagaimanapun membosankan. Karena sesuatu yang kita nikmati akan terasa menyenangkan Ketiga, membuat terobosan baru, sehingga  pekerjaan tak terasa menoton.  Tentunya masih banyak inovasi dan kreasi untuk menciptakan sesuatu yang baru dan menyenangkan. Semua kembali pada pribadi masing-masing untuk menjadi yang terbaik. Semoga tidak pernah bosan berinovasi, sehingga tidak terdengar dari mulut orang lain kepada kita  Bek  wate hana buet mita buet, ban kana buet ka bosan.

__________________





Udah dimuat di potret edisi 68 tahun X 2013 (Bulan Juni 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahka komentar dengan bahasa yang santun