Rupa atau wajah menjadi salah
satu ciri seseorang. Baik untuk mengenal atau membedakan satu orang dengan
orang lain. Inilah fungsi utama wajah. Ada orang yang mempunyai wajah yang lonjong dengan alis
tipis, hidung mancung. Sedangkan yang lain mempunyai bentuk wajah yang lain
lagi. Jika kita
perhatikan setiap orang mempunyai wajah atau bentuk wajah yang
berbeda. Walaupun dua orang yang lahir kembar sekalipun akan tetap mempunyai
satu titik perbedaan .
Sedang bentuk rupa dan kecantikan menjadi
pembeda antara satu orang dengan orang lain dalam kehidupan. Suatu kekeliruan
yang terjadi sekarang adalah wajah cantik dan rupawan menjadi pujaan dan idola
bagi setiap orang.
Bukan rahasia lagi dalam
kehidupan masyarakat kita bahwa wajah
yang menarik sepertinya menjadi syarat menuju sebuah kesuksesan. Mengapa penulis
katakana demikian? Cobalah kita buka beberapa surat kabar yang menyediakan lowongan kerja, kita akan menemukan setiap
lowongan pekerjaan yang di butuhkan akan menempatkan wajah yang cantik sebagai syarat
utama. Dalam bahasa halusnya sering di tulis “berpenampilan menarik”. Sedangkan
kepandaian atau skill dijadikan
sebagai prioritas kedua. Apalagi dalam mengisi lowongan sebagai sales atau
marketing barang. Sepertinya wajah manis mempunyai nilai plus untuk membuat laris suatu barang. Ironis memang.
Dari kenyataan tersebut banyak
perempuan yang menggunakan kecantikannya untuk meraih kesuksesan secara instans
dengan hanya bermodalkan rupa yang menarik. Skiil
kurang dengan kemampuan di bawah standar nekad bergabung dengan suatu pekerjaan
yang hanya bermodalkan kemolekan tubuh. Model seperti ini tidak akan lama
bertahan. Seleksi alam akan menentukan siapa yang pantas dan bertahan lama.
Hal-hal seperti ini sering terjadi di dunia peran yang mengandalkan fisik,
sedang kemampuan otak nol persen. Kemudian namanya terdongkrak dengan
kecantikan atau ketampanan dan keberaniarnya dalam memamerkan kemolekan
tubuhnya. Dalam beberapa kurun waktu nama-nama seperti ini akan tenggelam dengan
sendirinya bersamaan dengan munculnnya wajah-wajah
baru yang masih fress. Lain halnya bagi mareka yang mengandalkan kemampuan
otaknya dalam setiap usaha akan bertahan sampai mati.
Diskriminasi antara wajah
cantik dan wajah jelek sepertinya sudah
menjadi hukum alam. Seorang bos ketika memilih seorang karyawan barunya di antara
dua orang wanita yang melamar, yang satu memiliki wajah cantik dan yang satu
memiliki wajah jelek dengan kemampuan otak yang sama, dengan senang hati sang
bos akan memilih si cantik rupa.
Konon juga dalam pemilihan
kontes ratu dunia yang gemerlap itu, syarat yang di utamakan adalah 3B: brain, beauty dan behavior. Dari tiga syarat ini yang lebih menonjol adalah beauty, para dewan juri entah
dengan maksud dan tujuan apa jika kecantikan sudah menonjol yang lain bisa
belakang. Dalam melihat kecantikannya para ratu ada seleksi dengan memakai
pakaian renang. Jika dirunut secara jeli seperti tak nyambung. Pernah terjadi
dalam suatu acara yang melibatkan sang ratu yang terpilih. Pembawa acara entah
sengaja atau hanya kebetulan belaka menanyakan tentang masalah yang sedang
marak terjadi di lingkungan kita, jawabannya begitu memalukan karena tidak
nyambung.
Fenomena memamerkan wanita
cantik sepertinya sudah lumrah. Wanita juga tanpa sedikitpun merasa privasinya
terganggu. Bahkan dengan senang hati menyerahkan diri untuk bergabung dengan
suatu agency yang dapat mengorbitkan mareka pada model seperti ini. Adakalanya karena banyaknya
wanita yang mau melakukan hal-hal di luar kewajaran, banyak perusahan yang
memamfaatkan mareka untuk melariskan
barang. Baik dalam mengiklankan barang atau menjualnya lansung.
Adakalanya iklan terkesan tidak nyambung dengan kehadiran wanita. Iklan ban
mobil menjadi contoh, yang ditawarkan ban mobil tapi yang lebih norak penampilannnya
kehadiran perempuan seksi dalam iklan tersebut.
Kalau kita melihat iklan, kadang-kadang timbul pertanyaan dalam benak, ini
yang di pamerkan barang atau perempuannya sih..
Menghadapi kenyataan demikian
banyak perempuan yang mempermak mukanya dengan berbagai bahan kecantikan yang
di tawarkan oleh iklan-iklan untuk bisa tampil cantik dan menarik. Keluar masuk
salon dengan mengguras isi kantong hanya sekedar untuk tampil menarik.
Kesempatan ini juga tak disia-siakan oleh produser untuk memasarkan barangnya
dengan iklan yang berlebihan. Sungguh disayangkan kadang-kadang iklan yang
ditawarkan tidak sesuai dengan kulit
kita, sehingga keinginan untuk tampil menarik dengan memakai produk tertentu
tidak berhasil. Bahkan tak sedikit yang mengalami kelainan pada kulitnya.
Kadang ada perempuan yang rela mengeluarkan kocek ratusan juta untuk merubah
hidung yang pesek menjadi mancung, bibir yang tebal menjadi sensual, mata yang
bengkak menjadi sayu, alis lebar menjadi indah bak semut yang beriris, dan dagu
yang lonjong di jadikan lancip. Tak heran bila yang terjadi kemudian adalah
tubuh yang mengalami kontradiksi karena banyaknya zat kimia yang terkandung
dalamnya, pada akhirnya harus masuk rumah sakit bahkan ada yang meninggal, nauzubillah.
Kelatahan orang-orang yang
punya tujuan tertentu dalam memilih kecantikan sebagai syarat utama, hal ini
juga terbawa kepada kita untuk ikut-ikutan sehingga tanpa menyadarinya telah melakukan hal yang
sama dalam memilih pembantu, tukang ojek, sopir taksi, dokter, walikota, presiden
harus orang yang punya rupa bukannya punya kemampuan Walaupun demikian kita tidak dapat menyalahkan
seratus persen kebijakan mareka. Karena manusia pada dasarnya diciptakan dengan
naluri kesenangan kepada hal-hal yang cantik dan menarik. Menyukai hal-hal yang
indah.
Namun demikian, sebagai
manusia kita harus bertafakkur bahwa kecantikan
itu sifatnya relatif. Perjalanan waktu akan membuat kulit mulus menjadi
keriput, rambut yang hitam mengkilat kini mulai memutih, tubuh yang gagah
menjadi menjadi sakit-sakit. Mata begitu tajam pelan-pelan menjadi rabun. Keangkuhan hanyalah bukti dari kebinasaan.
Seindah apapun wajah yang di miliki suatu saat akan berkerut, sebanyak apapun
harta yang di punyai suatu saat takkan berguna. Setinggi apapun jabatan dan pangkat yang di sandang satu hari nanti
pasti akan berakhir dengan pensiun. Bila kita lahir berbungkus ari-ari lalu berbungkus baju, satu
hari dan terbungkus kain kafan. Tidakkah
kita merenungkannya? (kutipan bait nasyid tersebut menjadi iktibar)
Kecantikan yang abadi adalah
kecantikan yang di pancarkan dari alam,
aura kecantikan. Hal tersebut akan abadi selamanya. Para suami yang lebih
memilih seorang wanita karena memandang kecantikan tanpa melihat sisi yang lain
sering kali memicu kepada penceraian. Begitu juga wanita yang lebih memilih
pasangannya yang mempunyai tampang menarik dan dompet tebal akan mengalami hal
yang sama. Walaupun agama menganjurkan hal yang utama dalam memilih pasangan
hidup adalah kecantikan, disamping melihat hal-hal lain yang akan menunjang
kecantikan tersebut. Kita sering melihat pilihan kecantikan mengalahkan hal-hal penting lainnya, seperti akhlak,
agama ataupun keturunan.
Jika manusia telah mendewakan
wajahnya sebagai sembahan baru, maka tunggulah suatu kehancuran yang akan mengahampiri
kehidupan ini. Cukup banyak contoh yang sudah terjadi. Jangan berusaha lagi
untuk menambah jumlah korban. Hanya Allah yang maha tahu. Wallahua’lambissawab
Sudah dimuat di gema
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahka komentar dengan bahasa yang santun